Jumat, 30 September 2011

Kalau Pelan-pelan Bisa, Tapi Masih Perih

JAKARTA, KOMPAS.com - Prihatin Untoro (20), mengaku masih sulit untuk berbicara. Bibir bawahnya pecah akibat hantaman dari sang suami, Heri Fachrudin (21), membuat perempuan kurus itu sulit untuk mengucapkan kata-kata dengan jelas.
"Kalau pelan-pelan bisa (bicara), tapi masih perih," tuturnya saat ditemui wartawan di rumah ketua RT 06 RW 03, Klender, Duren Sawit, Jakarta Timur, Kamis (3/2/2011).
Dengan menahan rasa perih itu, ia menceritakan bagai mana kejadian yang membuat ia babak belur itu bermula.
Pagi ini, saat ia merasakan rasa lapar, ia pun memaksakan dirinya untuk membangunkan sang suami yang tengah terlelap, untuk meminta sejumlah uang agar ia bisa membeli makanan untuk membunuh rasa lapar tersebut. Oleh Heri, iapun diberi uang sebesar Rp.5000 rupiah.
"Kan kurang, dia masih punya uang lagi, ya saya minta lagi," jelasnya.
Menurut Prihatin, suaminya itu masih memegang uang Rp 7000, dan ia menginginkan uang tersebut, namun Heri menolak untuk memberikan uang itu. Akhirnya cekcok mulut antara mereka terjadi, hingga tiba-tiba ponsel Heri berdering, dan laki-laki satu anak itu pun menghentikan pertengkarannya sesaat untuk meladeni pembicaraan di telepon.
"Sayakan kesal, terus saya banting teleponnya" ujarnya geram.
Namun hal tersebut ternyata membuat Heri menjadi jauh lebih geram, dengan pitam yang meninggi laki-laki bertubuh kecil dan berkepala botak itupun menghajar istri yang sudah mengkaruniainya satu anak itu. Alhasil, bibir dan dagu Prihatinpun sobek, hingga mengeluarkan banyak darah.
Teriakan Prihatin dan kegaduhan yang disebabkan, akhirnya memancing warga untuk datang. Melihat perempuan itu dipukuli, warga yang datangpun geram dan mulai memukuli Heri sembari menyeret laki-laki itu ke rumah ketua RT.
Ternyata kejadian tersebut bukanlah yang pertama kali dialami korban, pasalnya dulu ketika korban tengah mengandung, Heri sempat menghajarnya hingga membuat mata sayu perempuan itu lebam.
"Saya kesal, dia (Prihatin) setiap dikasih uang selalu tidak puas, dia tidak menerima jika suaminya tidak punya uang" ujar pria yang berprofesi sebagai supir angkot itu.
Lebih lanjut, laki-laki yang juga babak belur karena diamuk masa itu menjelaskan, aksi banting ponsel miliknya oleh sang istri sangat membuatnya geram, karena dengan ponsel tersebut ia berhubungan dengan pemilik angkot, yang mampu menafkahinya selama ini.
Baik Prihatin maupun Heri, akhirnya sepakat untuk menyelesaikan permasalahan tersebut secara kekeluargaan. Heripun urung digelandang ke Polisi karena ia bersedia untuk mendandatangani perjanjian, bahwa ia tidak akan mengulangi perbuatan yang sama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar