Bila Pasangan Anda Mudah Tersulut Amarah


Komunikasi dalam pernikahan merupakan proses interaksi timbal balik yang memungkinkan pasangan untuk saling mengungkapkan perasaan, harapan dan juga masalah yang dihadapi. Komunikasi yang dilakukan dalam suasana santai dan menyenangkan akan meningkatkan kebahagiaan dan kedekatan diantara pasangan. Sayangnya, tidak semua pasangan beruntung memiliki pengalaman positif dalam hubungan mereka. Sebagian suami istri seringkali terlibat dalam perselisihan atau perbedaan pendapat yang mengarah pada konflik terbuka.
Penyebabnya bukan saja akibat adanya masalah dalam rumah tangga, melainkan juga karena sifat pasangan yang sangat mudah marah dan tersinggung serta sangat royal mengumbar kata-kata kasar.
Memiliki pasangan yang pemarah dan suka menyalahkan orang lain tentunya sangat tidak menyenangkan. Anda perlu banyak bersabar dan memendam perasaan-perasaan negatif sepanjang pernikahan. Walaupun punya keinginan kuat untuk membantah dan marah secara terbuka, Anda terpaksa berdiam diri untuk menghindari kemarahan pasangan yang lebih besar lagi. Pasangan yang pemarah biasanya lebih suka mencari kesalahan orang lain daripada introspeksi diri sehingga tidak pernah mengucapkan kata maaf atau mengakui kesalahannya. Hal ini tentu saja semakin memperburuk hubungan. Untuk menciptakan komunikasi yang lebih baik dengan pasangan Anda, cobalah tips berikut ini:
a. Berbicara dengan nada suara rendah dan lembut
Nada suara saat bicara menjadi aspek penting bila berkomunikasi dengan pasangan Anda. Bila mendengar nada suara sudah mulai meninggi, pasangan yang pemarah akan sangat mudah terpancing untuk marah. Karena itulah, bila membicarakan masalah yang sensitif atau mendiskusikan solusi-solusinya, selalu gunakan nada suara yang rendah. Bicaralah dengan lembut dan sampaikan pesan secara singkat dan jelas.

Memaafkan tidak sama dengan melupakan. Proses memaafkan kesalahan yang besar membutuhkan waktu yang cukup panjang. Biasanya dimulai dengan munculnya emosi-emosi negatif yang intens, sebelum akhirnya Anda mampu memahami kejadian yang menyakitkan itu dari sudut pandang yang lebih luas dan positif. Singkat atau lamanya proses ini tidak sama untuk setiap orang. Waktu yang dibutuhkan untuk sampai pada tahap memaafkan, sangat tergantung dari berbagai faktor:

b. Kenali hal-hal yang menimbulkan kemarahan pasangan
Tanpa Anda sadari, pasangan Anda seringkali merasa kesal dan marah karena hal-hal kecil yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, ulah pengendara motor yang tidak teratur, rumah berantakan saat pasangan pulang kantor, anak-anak yang ribut, atau makanan yang belum siap saat dia lapar. Kemarahan memang tertuju pada Anda, tapi penyebabnya bukan kesalahan Anda. Bila hal tersebut terjadi, abaikan saja kemarahan pasangan. Dengan bersikap tenang dan tidak berkomentar, biasanya kemarahan pasangan lebih cepat reda.

c. Jangan terpancing mengungkit masalah-masalah yang lalu
Suami yang pemarah biasanya punya setumpuk dendam yang tersimpan jauh di dasar hatinya. Dia juga sangat ahli mengingat-ingat kesalahan orang lain, terutama Anda sebagai pasangannya, tentunya. Bila pasangan mulai “naik darah” dan menyinggung kesalahan Anda di masa lalu, sedapat mungkin hindari melakukan hal yang sama karena cara ini justru akan membesarkan api amarahnya. Tetaplah hanya membicarakan isu yang sedang dibahas. Bila situasi sangat memanas, lebih baik Anda berdua “break” sejenak untuk menenangkan diri dan meneruskan pembicaraan saat Anda berdua sudah lebih tenang.

d. Persiapkan diri Anda sebelum bicara
Untuk melakukan komunikasi yang efektif dengan pasangan, Anda perlu mempersiapkan diri dengan baik. Pikirkan bagaimana Anda akan menyampaikan perasaan atau keluhan Anda, kapan dan dimana sebaiknya, serta bagaimana respon Anda bila suami mulai menyalahkan dan memaki Anda. Gaya komunikasi terbaik adalah dengan bersikap asertif, yaitu mengemukakan pendapat secara langsung dan jelas tetapi menggunakan bahasa yang positif, bukan bernada menyalahkan.



e. Sampaikan perubahan yang Anda harapkan
Bila suasana hubungan Anda dengan pasangan sedang membaik, misalnya saat sedang liburan, beban kerja suami tidak terlalu banyak, atau anak-anak menunjukkan prestasi yang baik, carilah kesempatan untuk bicara dari hati ke hati. Anda perlu menyampaikan harapan-harapan tentang perubahan cara komunikasi suami. Mintalah suami untuk lebih banyak mendengar dan tidak menggunakan kata-kata yang kasar kepada Anda. Agar suasanya lebih nyaman, lakukan pembicaraan ini sambil ngeteh SariWangi dan menikmati camilan kesukaannya.

f. Berespon positif pada saat yang tepat
Tidak selamanya pasangan Anda berada dalam mood yang negatif dan marah-marah tanpa alasan yang jelas. Tentu ada saat-saat emosinya sedang stabil sehingga hubungan Anda membaik. Demikian juga interaksi pasangan dengan anak-anak. Saat Anda melihat sikap positif tersebut, segeralah memberikan respon positif dalam bentuk kata-kata maupun tingkah laku. Anda dapat belajar cara-cara kreatif untuk membuat pasangan merasa dihargai dan disayangi dari teman-teman dan artikel di media massa.
g. Belajar teknik relaksasi
Memiliki suami yang pemarah sama sekali tidak mudah. Anda akan merasa cemas dan takut setiap kali berada di dekat pasangan. Kecemasan ini bahkan semakin berkembang pada situasi-situasi lainnya. Untuk mengatasi perasaan ini, Anda perlu belajar cara-cara untuk rileks, misalnya dengan mendengarkan musik, menyanyi, membaca buku, berdoa, dan curhat pada orang yang bisa dipercaya. Belajar teknik pernapasan dan mengikuti yoga secara teratur juga bisa membantu. Tentunya akan lebih baik lagi bila pasangan menyadari masalah kemarahannya dan ikut aktif belajar relaksasi untuk bisa mengontrol ekspresi marahnya. Tak hanya itu, emosi yang bergejolak dan penat dapat dikurangi dengan menyesap teh hangat yang bersifat menenangkan. Karenanya, sebelum berkomunikasi dengan pasangan Anda. Mari Ngeteh, Mari Bicara…